FROM INSIDE TO OUT
EXPERIENCING THIS WORK — MENIKMATI KARYA INI
How can we truly enjoy the work of art?
Just like with nature—through no questions—no goals, no rules, flowing water, birdsong, and rustling leaves—we simply accept. No questions. No critiques.
The beauty of nature becomes meaningful when filtered through ego. To truly appreciate it, we must empty ourselves—surrender. Accept the greatness of the One who created it. In surrender, beauty is revealed—not by asking “why this way” or “why not that one”.
When we admire nature, often we think of nothing. We release worldly burdens, leaving only awe—indescribable in words.
Apa yang bisa kita lakukan untuk bisa menikmati karya ini?
Sama seperti alam, kita menghadapi siklus di bawah kanvas tempat hijau, pepohonan rindang, geometrik, air—semuanya hanya bisa dirasakan—bukan yang tertangkap akal. Yang kita lakukan hanyalah membiarkan. Tanpa jawaban. Tanpa analisis.
Keindahan alam hanya untuk bisa dipahami pengalaman ketika hati benar-benar menerima keberadaannya. Kita perlu membuka diri. Pasrah. Menerima keunggulan Sang Pencipta. Dalam keagungan-Nya—keindahan dimunculkan—bukan dengan bertanya “kenapa begini” atau “kenapa berbeda”.
Ketika kita mengamati alam, seolah-olah kita tidak berpikir apa-apa. Kita justru membebaskan diri untuk menyerapnya. Dan hanya terasa mana kenyataannya dan mana hal di luar itu.

Sama halnya saat menikmati lukisan ini.
Tidak perlu dijelaskan. Pendalaman tafsir, garis, titik, dan komposisi hanya menjadikan kita sibuk. Jangan itu. Jangan dibahas. Jangan ditafsir. Biarkan saja. Jika perlu, tinggal diam di depan, biarkan energinya menjangkau.
It is the same when enjoying this painting.
Let it be seen. Observe the colors, shapes, lines, textures. Don’t explain. Don’t comment. Don’t think too hard. Let yourself go. If you like, remain still and contemplate silently. Let yourself rest.
Beberapa orang menyebut karya ini seperti jendela ke dimensi lain. Apapun itu, karya ini disajikan untuk menawarkan pengalaman yang mungkin tak bisa dijelaskan—seperti alam, yang nyata tapi tak cukup mengizinkan dirinya untuk ditafsir.
The core concept is immediacy. An invitation to restore balance between what is material and what is truly beyond it.
Konsep dasar karya ini adalah hadir. Sebuah ajakan untuk membiarkan kembali kebersahajaan menyentuh ruang batin yang mungkin tak terdefinisi.
Komentar
Posting Komentar